Menyikapi Bulan Suro Secara Islam

Bulan Suro atau dalam Islam disebut juga Bulan Muharram, bagi sebagian orang sering kali dihubung-hubungkan dengan bulan yang penuh mistik/sakral. Bahkan ada juga yang beranggapan bulan Suro adalah bulan "apes"/ sial dan mendatangkan bencana sehingga sering kali dimaknai dengan berlebihan dan tidak masuk akal, seperti : sering terjadi kecelakaan, tidak boleh melangsungkan pernikahan di bulan Suro, tidak boleh membangun rumah dan sebagainya. Anggapan-anggapan negatif tersebut sudah berkembang luas dan mendarah daging di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa.

Dalam sudut pandang Islam, bulan Muharram ( Jawa : Suro ) merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Keempat bulan haram itu adalah : Dari Abu Bakroh, Rasulullah bersabda : "Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan diantaranya ada empat bulan haram ( suci ). Tiga bulannya berturut-turut yaitu : Dzulqo'dah, Dzulhijjah dan Muharram. Satu bulan lagi adalah Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil ( akhir ) dan Sya'ban." ( HR. Bukhori dan Muslim ) 
Dinamakan bulan haram karena ada dua makna, yang pertama pada bulan-bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Makna yang kedua pada bulan-bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan-bulan lainnya karena mulianya bulan-bulan tersebut. Maka dari itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan. 

Rasulullah bersabda : "Puasa yang paling utama setelah ( puasa ) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah ( bulan Allah ) yaitu Muharram. Sementara sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat malam." ( HR. Muslim ).
Puasa yang ditekankan untuk dilakukan adalah puasa pada hari 'Asyura' yaitu pada tanggal 10 Muharram. Berpuasa pada hari tersebut akan menghapus akan menghapus dosa-dosa setahun yang lalu. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, "Rasulullah ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, "Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." Kemudian Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa 'Asyura', Beliau menjawab, "Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu." ( HR. Muslim )
Rasulullah di akhir umurnya bertekad untuk melaksanakan puasa Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari lainnya. Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab. ( HR. Muslim )
Intinya, kita lebih baik berpuasa dua hari sekaligus yaitu tanggal 9 dan 10 Muharram, bisa juga tiga hari sekaligus yaitu tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.

Sebagai umat muslim yang meneladani Rasulullah, sangatlah bijak jika kita menyikapi bulan Suro / Muharram dengan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan melaksanakan puasa Asyura seperti yang telah dicontohkan oleh Rasullah. Bukan malah terjebak dengan anggapan-anggapan negatif bulan Suro seperti yang banyak berkembang di masyarakat. Semoga kita termasuk dalam golongan yang selamat. Aamiiin...


#Tulisan ini merupakan rangkuman Khotbah Jum'at 16 November 2012, Khotib : Ustadz Nur Subasyid

1 komentar:

  1. Semoga kita bisa berpegang teguh pada sunnah nabi dan terhindar dari prakter dan budaya yang menyimpang ...

    BalasHapus

Blog ini adalah Blog DoFollow..
Silahkan tinggalkan komentar anda..
Terima Kasih telah berkunjung di Blog ini..